Rizki dari Allah (Part II)

Rizki Hidayat.
Laki-laki yang sekarang dan InshaAllah sampai seterusnya namanya selalu ada didalam lantunan harapan & doa saya kepada-Nya.

Rizki, laki laki yang selalu mengingatkan saya "Lia, shalatnya tepat waktu ya...."
"Lia, jangan lupa shalat dhuhanya...."
"Lia, jangan lupa tilawah walaupun hanya 1 lembar"
"Kamu udah bayar zakat belum bulan ini?"
"Kamu udah makan?" (oke yg ini modus)
"Lia, pakai bajunya yang panjang panjang aja ya keliatan lebih cantik..." (modus syariah).

Rizki, laki laki yang layak saya jawab "Iya saya mau" saat berniat mengkhitbah saya.

Rizki, laki laki yang bertanggungjawab. Menurut amatan saya secara pribadi, dia bertanggungjawab atas segala kewajibannya sebagai anak sulung di keluarganya.

Rizki, laki laki yang selalu menegur saya kalau saya ada melakukan kesalahan. Marahnya ga memaki. Tegurannya sopan tapi bisa bikin saya sadar.

Rizki, laki laki yang mungkin banyak dipandang sebagai orang yang PHP. Iya, karna kamu belum mendapatkan restu orgtuanya. Disini saya liat, Rizki patuh dan taat sm orgtuanya. Secinta apapun Rizki sama perempuan, kalau Umi bilang "Jangan yang ini ya a" dia nurut. Dan saya sangat kagum dengan ketaatannya terhadap Umi dan Ayah. Jangan pandang sisi negative-nya aja. Coba liat dari sisi positivenya. Disitu baru kamu akan faham.

Rizki, laki laki yang mungkin sudah mapan buat sebagian perempuan. Tapi enggak buat saya. Saya masih merasa Rizki pejuang, dan saya harus ada di proses berjuangnya. Walaupun itu bukan dari titik terendahnya. Dan saya bukan perempuan yg ada dititik terendahnya Rizki berjuang. Tapi percayalah, pada saat itu saya pun sedang berjuang. Entah siapa yang saya perjuangkan dulu, tapi sekarang saya sadar apa yang menjadi tujuan dari perjuangan saya.

Rizki, laki laki yang mukanya suka berubah, kadang ganteng kadang biasa aja (tergantung baju yang dipake) yang bisa bikin saya bersyukur dan disetiap ada modus modus dari laki laki receh saya selalu bilang "masih lebih hebat Rizki, masih lebih ganteng Rizki, g ada yang sabar mau nunggu saya kaya Rizki" (ngomong ke diri sendiri).

Rizki, laki laki yang selalu ada.
Disaat saya jalan sama mantan gebetan saya. Disitu ada Rizki.
Disaat saya ketemu dengan org yg berniat menikahi saya. Disitu ada Rizki.
Disaat saya nangis karna kecewa dengan harapan saya. Disitu ada Rizki.
Dan sekarang, dimoment bahagia ini. Saya udah sama Rizki.
Sabar banget ya Rizki?
Iya, ini kenapa saya mau. Dan saya menikmati proses mencintai Rizki. Tanpa paksaan.

Rizki, orang yang tau segala hal tentang saya. Secara, dia temen saya. Saya selalu jadi diri sendiri ketika saya berhadapan dengan Rizki. G ada yang ditutup-tutupin.
Dan Rizki faham akan cerita hidup saya, yang banyak batu krikilnya. Tapi dia berusaha bawa semen. Biar apa? biar jalan hidup saya ga terlalu berbatu. Dan semen bisa juga loh buat bangun rumah hehehe 😋

Dan menurut orang orang Rizki adalah laki laki yang beruntung bisa dapetin cinta saya dan restu orangtua saya.
Tapi bagi saya, saya jauh lebih beruntung karna Allah pertemukan saya dengan Rizki. Sebaik baiknya kita memilih pasangan itu diliat dari agamanya. Dan yaa, Rizki menang dalam hal itu.

Bukan suatu kebetulan.
Semua udah ditakdirin sama Allah.

Komentar

  1. Waahh sukak banged. Pake "d" biar berasa banget banget nya hihi.
    Klo ditanya suka apanya, aku suka semuaa. Suka cerita indahnya, suka tulisan dan kata kata yg bagi aku ngena bgt ini dan suka suka yg lainnya. 1 kalimat buat Kaka, "semoga selalu samawa bersama dia dalam ridho-Nya"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... makasih kak udahh mauuu bacaaa... Aamiin Aamiin ya Rabbal Alamin 😁

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rangkuman BAB 7,8,9 Teori Akuntansi

BAB III. Struktur Teori Akuntansi

warung makan gabus pucung tamit riman