Rangkuman BAB 7,8,9 Teori Akuntansi


BAB 7

KEWAJIBAN



  1. Definisi Kewajiban

FASB mendefinisikan kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6, prg.35) :

“Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer asset atau menyediakan/menyerahkan  jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu”.



  1. Karakteristik Utama Kewajiban

Definisi FASB ini cukup lengkap secara semantik. Artinya definisi tersebut telah mencakup berbagai gagasan atau kata kunci. Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu :

  1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas (duty) atau tanggung jawab (responbility) kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan asset kesatuan usaha. Cukup pasti dimasa datang mengandung makna bahwa jumlah rupiah pengorbanan dapat ditentukan dengan layak. Secara umum,keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kewajiban ekonomik harus dikaitkan dengan pihak lain berarti bahwa kewajiban hanya dapat terjadi antar kesatuan usaha yang lain.



  1. Keharusan Sekarang untuk Mentransfer Aset, terdiri dari;

  • Keharusan kontraktual
    Adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang didalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit atau implicit dan mengikat. Kewajiban ini muncul karena aspek hukum sebagai lingkungan eksternal yang tidak dapat dihindari (unavoidable) dan yang dapat memaksakan secara hukum untuk mememnuhinya (legally enforceable). Penghindaran kewajiban dari keharusan kontraktual menimbulkan sanksi atau hukuman (penalty)
  • Keharusan konstruktif
    Adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan atau memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
  • Keharusan demi keadilan
    Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata- mata karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Keharusan ini muncul dari tugas kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu yang dipandang wajar, dan benar menurut hati nurani dan rasa keadilan (sense of justice). Tidak ada sanksi hukum untuk tidak memenuhi keharusan ini tetapi kewajiban ini mengikat lantaran sanksi sosial atau moral
  • Keharusan bergantung atau bersyarat
    Keharusan yang pemenuhannya (jumlah rupiahnya atau jadi – tidaknya dipenuhi) tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat- syarat tertentu di masa datang. Kebergantungan (contingency) adalah suatu kondisi, situasi atau serangkaian keadaan yang melibatkan ketidakpastian (uncertainty) yang menyangkut laba (gain contingency) atau rugi (loss contingency) yang mungkin terjadi. Munculan (outcome) yang harus dikonfirmasi dengan kejadian atau syarat masa datang untuk kedua kebergantungan tersebut adalah :

  1. Yang berkaitan dengan kebergantungan laba.
  2. Yang berkaitan dengan kebergantungan rugi.
    Keharusan bergantung merupakan salah satu bentuk ketergantungan yang berkaitan dengan rugi (loss contigency). FASB menjelaskan bila terdapat ketergantungan rugi, kemungkinan bahwa suatu kejadian masa datang akan memastikan munculnya (2) yang diatas dapat berkisar :

  1. Cukup pasti (probable)
    Suatu atau beberapa kejadian masa datang boleh jadi terjadi.
  2. Agak pasti (reasonablypossible).
    Kemungkinan bahwa suatu kejadian mendatang terjadi adalah lebih dari jauh dari,tetapi kurang dari cukup pasti.
  3. Jauh dari pasti (remote).
    Kemungkinan suatu kejadian mendatang terjadi adalah kecil atau tipis.


  1. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Tranksaksi masa lalu yang dimaksud disini adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi. Sebagai contoh : karena perusahaan mendapat pinjaman bank (dengan kontrak), keharusn sekarang berupa keharusan kontraktual timbul pada akhir perioda akuntansi (berupa pokok pinjaman dan bunga) yang menuntut pengorbanan sumber ekonomik masa datang (suatu saat setelah akhir perioda tersebut). Dalam hal ini, penandatanganan kontrak merupakan peristiwa yang telah terjadi yang menimbulkan keharusan. Akan tetapi, tidak semua penandatanganan kontrak dengan sendirinya menimbulkan keharusan. Sebelum salah satu pihak melaksanakan apa yang diperjanjikan, kontrak akan bersifat eksekutori.



Hak-Kewajiban Tak Bersyarat

Konsep ini menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditandatangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Suatu pihak tidak mempunyai kewajiban kalau tia tidak mendapatkan hak atas sesuatu yang nyata dari pihak lain (misalnya penguasaan aset). Jadi, konsep hak-kewajiban tak bersyarat menyatakan “tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak kewajiban tanpa hak”. Secara tekhnis, konsep ini diartikan bahwa hak atau kewajiban timbul bila salah satu pihak telah berbuat sesuatu (to perform). Kontrak- kontrak semacam ini dikenal dengan nama saling- mengimbangi tak bersyarat atau kontrak eksekutori.



Tranksaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai pengakuan hak dan kewajiban dalam suatu kontrak menurut Most (1982, hlm. 352)

  1. Tanggal kontrak ditandatangani
  2. Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak
  3. Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak
  4. Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain.
  5. Tanggal objek kontrak telah diserahkan
  6. Tanggal telah diterima/dibayarnya uang muka, kalau ada.
  7. Dalam kasus kontrak kontruksi jangka panjang.

  1. Suatu titik selama konstruksi berjalan
  2. Pada saat konstruksi dimulai



Saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan seksama dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontrak. Most mengemukakan hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat yaitu :

  1. Pemenuhan definisi asset dan kewajiban
  2. Berkekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat dibatalkan.
  3. Kebermanfaatan bagi keputusan.


    Karakteristik Pendukung
    FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu keharusan membayar kas, identitas terbayar jelas, dan terpaksakan secara atau berkekuatan hukum. 

  1. Keharusan membayar kas.

Adanya pengeluaran kas merupakan hal penting untuk mengaplikasi definisi kewajiban karena dua hal, yaitu. :

  • Sebagai bukti adanya suatu kewajiban, dan
  • Sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif.

  1. Indentitas terbayar jelas.
    Yang terpenting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar. Akan tetapi, pada saat pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya harus teridentifikasi.
  2. Berkekuatan hukum.
    Memang pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaim yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa yuridis hanya menunjukkan bahwa kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan secara yuridis material. Meskipun demikian, daya paksa yang melekat pda klaim- klaim hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya kewajiban. Keharusan melakukan pengorbanan manfaat ekoomik masa datang tidak harus timbul dari desakan pihak eksternal tetapi dari minat atau kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya kewajiban mencakupi pengorbanan sumber ekonomik masa depan yang timbul akibat keharusan konstraktif dan demi keadilan.

    Karakteristik pendukung hanya menegaskan adanya kewajiban tetapi tidak membatalkan suatu objek untuk disebut sebagai kewajiban


  1. Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian
    Kalau asset yang direpresentasi oleh kos mengalami tiga tahap perlakuan (pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga tahap perlaukan yaitu : penangguhan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan pelunanasan (penyelesaian). Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat. Penentuan kos setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat disebut dengan penilaian kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban akan tetap menjadi kewajiban sampai kesatua usaha menyelesaikannya, atau sampai adanya traksaksi atau kejadian yang membatalkannya atau yang membebaskan kesatuan usaha daru keharusan untuk melunasinya.

  1. Pengakuan

Kam mengajukan 4 kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu :

  1. Ketersediaan dasar hukum.
    Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karakteristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantive adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
  2. Keterterapan konsep dasar konservatisma.

Kaidah ini merupakan penjabaran tekhnis criteria keterandalan. Keadaan- keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung.

  1. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi.

Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi.

  1. Keterukuran nilai kewajiban.
    Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

Yang menjadi masalah tekhnis adalah kapan keempat kaidah diatas dipenuhi. Hendriksen dan van Breda menunjukkan saat- saat untuk mengakui kewajiban yaitu :

  1. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat.
  2. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai asset sebelumnya
  3. Bersamaan dengan pengakuan asset.
  4. Pada akhir perioda karena penggunaan asa actual melalui proses penyesuaian.

FASB memberi contoh keadaan- keadaan kebergantungan rugi (loss contingencies) yang berpotensi memicu pengakuan kewajiban sebagai berikut (SFAS No.5, prg.4):

  1. Ketertagihan piutang usaha
  2. Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk
  3. Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran, ledakan, dan bahaya lainnya.
  4. Ancaman pengambilalihan asset oleh pemerintah.
  5. Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan
  6. Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin terjadi.
  7. Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransu kerugian dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi.
  8. Jaminan atas utang pihak lain.
  9. Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang telah dijual.
  10. Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit



  1. Pengukuran.

Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saa terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.



Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) msa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos penundaan dianggap tidak material.



Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.

  1. Kewajiban dalam pembelian kredit.

Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga mengikuti pengukura asset.Pada umumnya,atas dasar kepraktisan,perusahaan tidak berusaha untuk menentukan kos tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan langsung ketoko penjual barang ataupun dengan cara mendiskusikan nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku.

  1. Diskon dan premium utang obligasi

Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar  pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos tunai implisit.

Dalam hal obligasi jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi.Jumlah rupiah total ini adalah sseluruh jumlah rupiah pembayaran-pembayaran masa datang.

  1. Makna harga efektif obligasi
    Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. Bagi penerbit obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabilatidak memperhatikan perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlahrupiah utang obligasi tiap saat (keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akanterlalu besar apabila dinyatakan sebesar nominalnya
  2. Diskon obligasi

Diskon utang obligasu pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian, diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempo) utang obligasi.

  1. Premium obligasi

Mengartikan premium obligasi sebagai “pendapatan tangguhan” (deferredincome) jelas tidak tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses pemerolehan utang.

  1. Kewajiban Moneter dan Nonmoneter

Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal maupun beberapa pembayaran secara berkala)

Kewajiban Nonmoneter keharusan untuk menyediakan barang dan jasadengan jumlah dan  saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan pembayaran di muka untuk barang dan jasa tersebut.




  1. Penilaian

Kalau pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the valueof current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampa dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal.

Jadi,penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentu jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.Dengan kata lain,penilaian adalah penentu nilai sekarang kewajiban



  1. Pelunasan

Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha untuk memenuhi (to satisfy) kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha (in due course of business) sehingga dia terbebas dari kewajiban tersebut.Pada mulanya FASB menetukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban dalam SFAC No. 76 (prg. 3) sebagai berikut :

  1. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan dengan utang.
  2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa kreditor tidak akan diharuskan untuk melakukan pembayaran dimasa datang yang berkaitan dengan utang dengan penjaminan dalam bentuk apapun.
  3. Debitur menaruh kas atau asset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu perwalian yang semata- mata digunakan untuk  pelunasan pembayaran bunga serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sagat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinajaman tersebut.



Ketentuan diatas telah diganti melalui SFAS No.125, yaitu :

  1. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada kewajiban.
  2. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.



Transfer asset financial

Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer asset financial (termasuk kas), barang, atau jasa. Pada umumnya, bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer secara penuh kas, barang, atau jasa ke debitor, maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas. Debitor tidak lagi terlibat dengan asset atau kreditor secara financial. Pelunasan kewajiban dengan asset financial juga dapat bersifat tuntas bila penyerahan asset financial bersifat tak bersyarat dan dianggap sebagai penjualan. Artinya, asset financial dianggap dijual secara tunai dan kas yang diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.



Pelunasan sebelum jatuh tempo

Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama dengan nilai buku atau nilai bawaan kewajiban karena proses amortisasi selisih antara nominal dan npasar pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama beredar, nilai pasar atau nilai sekarang kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang berlaku tetapi pada umumnya fluktiasi tersebut tidak diakui dalam pembukuan debitor. Dengan kata lain, debitor tidak mengakui adanya untuk atau rugi fluktiasi harga. Oleh karena itu, bila utang dilunasi sebelum jatuh tempo, debitor harus menebus utang tersebut dengan harga pasarnya sehingga dapat terjadi selisih antara nilai bawaan dan nilai penebusan.



Utang terkonversi

Instrument financial pada dasarnya merupakan alat pembayaran atau penjaminan sehingga dapat digunakan oleh pemegangnya untuk melunasi utang. Utang terkonversi atau konvertibel merupakan salah satu instrument financial tersebut. Sekuritas utang semacam ini biasanya mempunyai status sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus. Artinya pemegang instrument mempunyai hak istimewa untuk mengubah status hutang menjadi ekuitas setiap saat selama hak tersebut masih berlaku (belum habis). Instrument semacam ini merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut hibrida.

Contoh yang paling sering dijumpai dalam praktik adalah obligasi terkonversi (convertible bond). Obligasi terkonversi pada umumnya diterbitkan untuk menarik para investor karena mereka dapat menggeser resiko atau mengubah status sekuritas menjadi lebih menguntungkan. Hak konversi digunakan untuk menarik investor untuk mengimbangi tingkat bunga nominal yang terlalu rendah dibanding tingkat bunga umum.Oleh karena itu harga perdana biasanya jauh lebih tinggi dari obligasi biasa dengan tingkat risiko yang sama. Kelebihan ini dapat dipandang sebagai harga hakn konversi yang setara dengan hak opsi atay waran (options) seandainya saham diterbitkan secara terpisah,

Hendriksen dan Van Breda menunjukkan bahwa obligasi terkonversi biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  1. Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa yang setara.
  2. Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa,
  3. Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali karena penyesuaian yang diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada saham biasa seperti dalam hal terjadi pemecahan saham atau dividen saham.

    Pembebasan Substansif

Bila Debitor membentuk dana pelunasan utang obligasi,pada saat debitur sudah tidak perlu lagi membayar kas kedana tersebut karena kas yang telah disetor dan pendapatan dari dana tersebut sudah pasti akan cukup untuk menutupi utang pada saaat jatuh tempo,maka pada saat itu kewajiban debitor secara subtantif dianggap lenyap meskipun kewajiban belum jatuh tempo.jadi,pada saat tidak ada lagi keharusan membayar,telah terjadi pembebasan substansif. Dalam standar SFAS No.125.FASB menegaskan bahwa saat terjadi pembebasan substansif,kewajiban tidak dapat dihapus karena kejadian tersebut tidak memenuhi karakteristik sebagai berikut :

  1. Debitur tidak dengan sendirinya menjadi bebas dari kewajiban secara hukum hanya karena perusahaan menempatkan aset kedalam suatu perwakilan.
  2. Untuk pelunasan kewajiban,sumber dana tidak dibatasi hanya dari dana yang ditempatkan dalam perwakilan.
  3. Kreditor tidak mempunyai kekuasaan untuk menggunakan secara bebas aset dalam perwalian dan juga tidak dapat menghentikan atau membatalkan perwalian tersebut.
  4. Kalau ternyata aset dalam perwalian melebihi apa yang diperlukan untuk membayar pokok dan bunga pinjaman,debitur dapat menggunakan kelebihan tersebut.
  5. Kreditur atau agennya bukan merupakan pihak yang terikat dalam kontrak pembentukan dana pembebasan utang.
  6. Debitur tidak menyerahkan kendali atas manfaat aset karena manfaat aset tersebut masih melekat pada debitor meskipun debitor telah mengakuinya.



  1. PENYAJIAN

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya sejalan dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa asset lancar disajikan menurut likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.Dari segi urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection), utang yang dijamin pada umumnya disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal terjadi likuidasi utang ini harus dibayar lebih dahulu. Juga, dari sudut urutan perlindungan, kewajiban disajikan lebih dahulu daripada ekuitas. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek bila :

  1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau
  2. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Kewajiban tidak selayaknya disajikan di neraca dengan mengkompensasinya atau mengontranya dengan aset yang dianggap berkaitan, kecuali dalam keadaan khusus yang di dalamnya pihak pelapor mempunyai hak mengontra. Definisi dari hak mengontra sebagai dijelaskan oleh FASB adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak atau lainnya, untuk menghapus semua atau sebagaian utang kepada pihak lain dengan cara mengkompensasi utang tersebut dengan jumlah yang pihak lain berutang kepada debitor.



Hak Mengkompensasi

Telah disinggung sebelumnya bahwa kewajiban tidak selayaknya disajikan di neraca dengan mengkompensasinya atau mengkontraknya dengan aset yang dianggap berkaitan. Ada kalanya hak mengkompensasi diperbolehkan bila kondisi tertentu dipenuhi. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan apa yang disebut sebagai kontrak bersyarat (conditional contracts) dan kontrak pertukaran.

  1. Kontrak bersyarat.

Kontrak yang hak dan kewajibannya bergantung pada timbulnya kejadian masa datang tertentu yang belum tertentu terjadi dan dapat mengubah saat penerimaan, penyerahan, atau pertukaran jumlah rupiahatau instrumen keuangan. Contoh kontrak semacam ini misalnya adalah futures contactsdan forward purchase-sale contract . Kontrak pertukaran adalah kontrak yang mewajibkan adanya pertukaran aset dan kewajiban di masa datangdan bukan hanya transfer aset dari satu pihak saja. Contoh kontrak semacam ini misalnya adalah interest rate swaps dan currency swaps.

  1. Hak mengkompensasi

Secara umum pengkompensasian aset dan kewajiban dalam neraca adalah tidak layak kecuali terdapat hak mengontra (where a right of setoff exists). Dalam FASB Interpretation No. 39, FASB mendefinisikan hak mengontra sebagai berikut (paragraf 5):

Hak mengontra adalah hak yuridis debitor, lantaran kontrak atau lainnya,untuk menghapus semua atau sebagian utang kepada pihak lain dengan cara mengkompensasi utang tersebut dengan jumlah yang pihak lain berutang kepada debitor. Hak mengontra dikatakan ada bilamana semua kondisi berikut dipenuhi:

  1. Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain suatu jumlah rupiah tertentu.
  2. Pihak pelapor (reporting party) mempunyai hak mengkompensasi jumlah yang diutangnya dengan jumlah yang diutang pihak lain.
  3. Pihak pelapor memang berniat untuk mengkompensasi.
  4. Hak mengkompensasi terpaksakan secara hukum






BAB 8

PENDAPATAN



  1. Definisi Pendapatan

Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapata sebagai berikut:

“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.



Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan bahwa pendapatan adalah:

“Pendapatan (revenue) dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan.”



Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah :

“Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada langganan/mereka yang menerima”



Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang pendapatan yaitu sebagai berikut:

  1. Konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi  perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.
  2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services.

Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus dinyatakan dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva benar-benar terjadi.









  1. Karakteristik Pendapatan

Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan dan untung adalah :

  1. Aliran masuk atau kenaikan aset
  2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
  3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
  4. Suatu entitas
  5.  Produk perusahaan
  6. Pertukaran produk
  7.  Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
  8.  Mengakibatkan kenaikan ekuitas.

Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung, atau penjelas.



  1. Kenaikan Aset

Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:

  1. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
  2. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
  3. Hadiah, donasi atau temuan
  4. Revaluasi aset yang telah ada.
  5. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)


  1. Operasi Utama Berlanjut
    Pengertian operasi utama dalam hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk / jasa untuk mendatangkan laba dan bukan untuk membatasi jenis produk utama dan produk samping.
    Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan pendanaan.
    Dengan demikian, yang disebut pendapatan adalah kenaikan aset yang berkaitan dengan operasi utama bukan dengan investasi dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.



Operasi dan Non-operasi

Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai  non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.

Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja.Jadi, istilah “non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas.Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains).



  1. Penurunan Kewajiban

Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tak terhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampai ada prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.



  1. Suatu Entitas

Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan  aset bukan kenaikan ekuitas.



  1. Produk Perusahaan

Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif perusahaan.



Terdapat dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan moneter. Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:

  1. Aliran fisis berupa :

  • Kejadian memproduksi dan menjual produk
  • Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.

  1. Aliran moneter berupa :

  • Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke konsumer.
  • Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.


  1. Pertukaran

Patan dan littleton memasukan kat apertukaran (exchange) dalam definisinya karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen. Pendapatan untuk suatu periode merupakan akumulasi pendapatan yang diukur secara objektif tsb.



  1. Berbagai bentuk dan Nama
    Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan misalnya disebut dengan penjualan.



Untung

Seperti pendapatan, kata – kata kunci yang melekat pada pengertian untung  adalah :

  1. Kenaikan ekuitas ( aset bersih )
  2. Transaksi periferal atau insidental
  3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik

    FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu :

  1. Periferal dan insidental : misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo
  2. Transfer nontimbal – balik (nonreciprocal transfer) : misalnya hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan tuntutan perkara hukum
  3. Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi, kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding gains)
  4. Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang melebihi kos aset yang rusak


  1. Pengakuan Pendapatan

Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan. Secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability) dan keterandalan (reliability).

Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan.

  1. Pembentukan Pendapatan (Earning Process)
    Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan opoerasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi.
  2. Realisasi Pendapatan (Realization Process)
    Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas dkontrak penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.



Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:

  • Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.
  • Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar

Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan koonfirmasi proses penghimpunan dana.



Kriteria Pengakuan Pendapatan

Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain, pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.



Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):

  1. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi (realized or realizable)
    Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klai atas kas.Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya.
  2. Terbentuk atau terhak (earned)
    Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan.



Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu penghimpunan menjadi lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk.



Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :

  1. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
  2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
  3. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai



Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB.  Agar dapat dikatakan terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima.Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB.



  1. Saat Pengakuan Pendapatan

Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing) pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini :

  1. Pada Saat Kontrak Penjualan

Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun).



  1. Selama proses produksi secara bertahap

Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan. Biasanya produk semacam itu diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai.

Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.

Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba. Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :

  1. Akresi.
    Pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif.
  2. Apresiasi.
    Selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi).
  3. Penghematan Kos.
    Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian dan pembelian dengan harga murah atau pembelian beruntung (lucky buy).


  1. Pada saat produk selesai

Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian.Bahan dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti.Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi.



  1. Pada saat penjualan

Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau piutang) untuk:

  • Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
  • Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.

Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut.  Masalah pengakuan saat penjualan :

  1. Kembalian dan potongan tunai

Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syarat-syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6):

  • Harga jual cukup pasti
  • Pembeli sudah membayar kepada penjual
  • Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan atau kerusakan fisis produk.
  • Pembeli benar-benar ada secara substantif
  • Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan
  • Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.

Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan.Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.

  1. Kos purna-jual
    Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
  2. Kerugian piutang
    Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi.
  3. Transaksi penjualan

Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas.Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri.Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas.



  1. Pada Saat Kas Terkumpul

Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Penerapan pengakuan berdasarkan kas paling banyak dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakn tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.

Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektabilitas atau ketertagihan piutang



  1. Saat Pengakuan Penjualan Jasa

Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang.Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan.Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai.

AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:

  1. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.
  2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.
  3. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:

  • Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan.
  • Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.

  1. Kalau terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.

Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan pengecualian dari kaidah ini



  1. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan

FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:

  1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan kepada konsumen.
  2. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.
  3. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat diukur secara andal.
  4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terus-menerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
  5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.
  6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak.
  7. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.



  1. Prosedur Pengakuan

Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.





  1. Penyajian

Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi.






BAB 9

BIAYA



  1. Definisi Biaya

    Biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos, asset, biaya, dan rugi. Dalam pengertian SFAC No. 6, FASB mendefinisikan biaya dan rugi sebagai berikut :
    Beban adalah arus keluar atau menggunakan atas aset atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa, atau melakukan kegiatan lain yang merupakan operasi yang sedang berlangsung entitas besar atau pusat. (Prg.80).
    Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau insidental suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan acara lain dan sikap sirkum mempengaruhi axceptthose entitas yang dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik (prg.83).
    APB mendefinisi biaya sebagai kebalikan pendapatan sebagai berikut (APB Statement No. 4, prg. 134)
    Beban-grosss penurunan aset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip yang berlaku umum bahwa hasil dari orang-orang jenis kegiatan laba-diarahkan dari perusahaan yang dapat mengubah equtity pemilik.
    APB selanjutnya menjelaskan bahwa sepertipendapatan, biaya hanya timbul dalam kaitannya dengan aktivitas penciptaan laba yang menagkibatkan perubahan ekuitas. Pengiriman barang dalam transaksi penjualan merupakan biaya karena hasil bersih penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas. Dilain pihak, timbulnya kewajiban untuk pembelian asset bukan merupakan biaya karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut. Dengan makna yang hampir sam, IAI mendefinisikan biaya dalam SAK (2002) sebagai berikut :
    Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibtkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.



    Penurunan Aset
    Biaya dapat dikatakan timbul jika terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan aset atau sumber ekonomik. Aset dalam hal ini harus diartikan sebagai semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan. Dengan demikian konsumsi (consumption) atau pemakaian (using up) aset atau manfaat ekonomik harus diartikan bahwa manfaat ekonomik aset (direpresentasi oleh kos) telah habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah diserahkan (keluar) dari kesatuan usaha sehingga kesatuan usaha tidak menguasai lagi manfaat tersebut.

    Operasi Utama Yang Menerus
    Sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk kegiatan operasi yang merupakan elemen statemen aliran kas yaitu : operasi (operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing). Biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.

    Kenaikan Kewajiban
    Definisi Biaya menurut Kam adalah kenaikan kewajiban. Bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan tetapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai aset sebelumnya atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain, perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau melakukan pengorbanan sumber ekonomik di masa datang sehingga kewajiban timbul.

    Penurunan Ekuitas
    Penurunan Ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan aset mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya, pembagian dividen kas merupakan penurunan aset tetapi tidak dapat disebut sebagai biaya. Jadi, penurunan ekuitas hanya merupakan karakteristik pendukung makna biaya. Hal ini serupa dengan keteridentifikasian terbayar (payee) sebagai karakteristik pendukung pengertian kewajiban.

    Aliran fisis atau moneter
    Definisi Kam dilandasi oleh pemikiran bahwa biaya merupakan kejadian moneter yaitu perubahan nilai aset, kewajiban, atau ekuitas. Nilai ini diukur dengan kos barang dan jasa yang dapat dikuasai dan dimanfaatkan kesatuan usaha melalui penyerahan aset (pembelian tunai), penimbulan kewajiban (pembelian kredit), dan peningkatan ekuitas (pembelian dengan saham perusahaan sebagai penghargaan).

    Rugi
    Kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi adalah :

  1. Penurunan ekuitas (aset bersih)
  2. Transaksi periferal atau insidental
  3. Selain apa yang didefinisi sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.



Empat sumber rugi yang diidentifikasi FASB adalah (SFAC No.6, prg.85):

  1. Periferal dan insidental : misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan hutang obligasi sebelum jatuh tempo.
  2. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain: misalnya pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum.
  3. Penahanan aset (holding assets): misalnya penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai-tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahanan sediaan (holding losses).
  4. Faktor lingkungan: misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari kos aset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.

Patton dan Littleton (1970, hlm.93-96) mendefinisi rugi sebagai berbeda dengan biaya yang merupakan penyerapan atau pengorbanan kos tanpa suatu kompensasi atau kembalian (return).Yang dimaksudkan kembalian disini adalah bahwa kos yang diserap tersebut tidak merupakan upaya untuk menghasilkan pendapatan.



  1. Pengakuan Biaya

Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyangkut masalah kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan masalah saat pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi.



Kriteria Pengakuan

Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah satu dari dua kriteria berikut dipenuhi ( SFAC No.5,prg. 85):

  1. Konsumsi manfaat (consumption of benefits).
    Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasikan operasi utama atau sentral entitas tersebut.
  2. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future benefits).
    Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik.



Kaidah Atau Saat Pengakuan

Sebagai pedoman bagi penyusun standar atau manajemen (kebijakan akuntansi perusahaan), perlu dirumuskan pedoman umum saat pengakuan di tingkat rerangka konseptual. FASB memberikan pedoman umum yaitu:

Konsumsi Manfaat

Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda dapat diakui langsung pada saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan. Berbagai jenis atau pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda yaitu (SAFC No.5,prg. 86):

  1. Beberapa pos biaya, seperti kos barang terjual, ditandingkan(matched with) dengan pendapatan yang terkait. Diakui pada saat atau perioda yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung atau bersama (directly or jointly) dari transaksi atau kejadian lain yang sama dengan yang menimbulkan biaya.
  2. Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administratif, diakui selama perioda pada saat kas dibayarkan atau kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang dimanfaatkan/dikonsumsi bersamaan dengan pemerolehan atau segera setelah itu.
  3. Beberapa pos biaya, seperti depresiasi dan asuransi, dialokasi (diakui) dengan prosedur sistematik dan rasional untuk perioda-perioda yang menikmati manfaat aset bersangkutan.



Lenyapnya Atau Berkurangnya Manfaat Masa Datang

Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat ekonomik masa datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.



Kaidah Pengakuan APB

  1. Mengasosiasi sebab dan akibat (associating cause and effect). Beberapa kos diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan tertentu.
  2. Alokasi sistematik dan rasional (systematic and rational allocation). Bila tidak ada cara langsung untuk mengasosiasi sebab dan akibat, beberapa kos diasosiasi dengan perioda sebagai biaya atas dasar usaha (attempt) untuk mengalokasi kos secara sistematik dan rasional ke beberapa perioda yang diperkirakan menikmati manfaat.
  3. Pengakuan segera (immediate recognition). Beberapa kos diasosiasi dengan perioda berjalan sebagai biaya karena :

  1. Kos yang terjadi dalam perioda berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang cukup nyata (discernible),
  2. Kos yang dicatat sebagai aset dalam perioda-perioda sebelumnya tidak lagi mempunyai manfaat ekonomik yang cukup nyata,
  3. Mengalokasi berbagai kos baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau atas dasar perioda akuntansi dipandang tidak mempunyai manfaat yang berarti.



Hubungan Kos Dan Biaya

Kos adalah pengukur biaya atau biaya direpresentasi dengan kos sehingga secara teknis dan praktis biaya sering disebut kos saja. Memang biaya selalu dapat disebut kos karena kos melekat didalamnya. Akan tetapi, kos tidak selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi aset.



  1. Proses Dan Konsep Penandingan

Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu kebutuhan (necessity) dalam akuntansi karena alasan berikut :

  1. Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut. Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi tetapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun.
  2. Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya. Sebagai contoh, pemerolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam perioda yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas.

    Kelayakan Ekonomik

Masalah penandingan terletak pada penentuan dasar atau basis yang memuaskan untuk menyatukan pendaatan dan biaya. Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat aset atau jasa secara fisis tetapi nilai aset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan secara tepat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu, dasar penandingan yang paling utama adalah kelayakan ekonomik (economic reasonableness) bukannya dasar aliran fisis semata-mata.



Menandingkan Bukan Mengkompensasi

Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang, dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupianh netonya dicatat dalam akun Penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar nilai netonya. Perlakuan semacam ini secara teoritis tidak layak. Karena karakteristik yang berbeda, upaya harus dipisahkan dengan hasil. Semua kos yang merepresentasikan upaya harus tetap diacatat sebagia kos (atau biaya kalau langusng dibebankan). Sebaliknya, seluuh hasil penjualan produk harus dicatt seluruhnya secara utuh sebagai pendapatan. Alasannya adalah aliran pendapatan dan cost berbeda dan keduanya mencerminkan dua faktor yang berbeda (upaya dan hasil) sehingga tiap faktorharus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya.pos yang satu tidak selayaknya dikompensasi dengna pos yang lain. Penyimpangan terhadap prinsip ini jelas akan mengaburkan faktor-faktor penting dalam penentuan laa tidak terpengaruh.



  1. Basis Asosiasi

Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis asosiasi dibahas berikut ini.

  1. Asosiasi Sebab dan Akibat
  2. Alokasi Sistematik dan rasional
  3. Pembebanan Arbitrer


  1. Asosiasi Sebab dan Akibat
    Konsep upaya dan pencapaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan pencapaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuka akal adalah sebab-akibat walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara meyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.



  1. Alokasi Sistematik dan Rasional

Alokasi Sistematik dan Rasional merupakan proses penandingan dengan periode sebagai penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode (period matching). Dalam pengakuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah periode bukannya produk. Dasar ini cukup beralasan untuk beberapa jenis cost yang memang sangat erat kaitannya dengan waktu seperti depresiasi, bunga, sewa, asuransi, dan sebagainya.



  1. Pembebanan Arbitrer
    Tidak ada alasan yang kuat untuk menunda pembebanan kas untuk mencapai pembandingan sebab – akibat, juga tidak ada dasar alokasi yang layak.Kas biasanya langsung dibebankan pada periode terjadinya transaksi.Brarti kas dibandingkan dengan pendapatan secara arbitrer. Konsep yang melandasi pembebanan ini semata – mata adalah kepraktisan. Pada umumnya pengakuan cost dengan segera sebagai biaya, hal ini dilakukan karena manfaat masa datang tidak terukur atau tidak pasti. Contoh jelas adalah pengakuan segera selisis kurs utang valuta asing akibat kenaikan nilai tukar mata uang asing. Meskipun demikian terdapat alasan yang kuat, karena kebijakan khusus akibat kejadian luar biasa. Selisih kurs tersebut dikapasitalisasi meskipun manfaat ekonomi masa datang tidak ada lagi.
    Perbandingan arbitrer tidak selalu berkaitan dengan kerugiaan. Perbedaan dari pengakuan berkurangnya manfaat sebagai biaya atau rugi terletak pada penyebab atau layaknya manfaat ekonomi. Dalam hal biaya, berkurangnya manfaat umur ekonomi disebabkan oleh pemakaian potensi jasa dalam rangkah menghasilkan pendapatan.



  1. Penandingan dan Penyajian Pos – Pos Biaya

Dari uraian mengenai Basic asosiasi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengukuran yang ideal adalah unit produksi, karena pendapatan diciptakan dengan menyerahkan produk. Oleh karena itu, tiap unit produk menyerap semua jenis cost operasi (produksi, penjualan, administrasi, dan pengumpulan piutang). Karena tidak mudahnya menghubungkan secara layak kas kegiatan non produksi ke dalam produk, pengukur yang umum di pakai selama periode.



Pengukuran berbasis perioda menjadikan alokasi sistematik dan rasional akan suata hal yang tidak dapat terhindari. Untuk penyususnan laba dan rugi secara periodik, pendapatan diukur lebih dulu kemudian biaya yang tepat dimasukkan ke dalam pengukuran yang sama sehingga laba dapat ditentukan. Masalah pembebanan kas dan asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi jasa.



Persediaan

Secara umum teoritis persediaan berkaiatan dengan pengukuran kas barang yang tejual dalam membandingkannya dengan pendapatan. Proses pengukuran dan penilaian pada umumnya dilakukan pada akhir periode. Dengan demikian dapat dikatakan :

  1. Penentuan besarnya kas barang yang terjual diperbandingkan dengan penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan ini melibatkan berbagai metoda sebagai dasar pemecahan kas produksi menjadi kas yang melekat pada persediaan dan produk yang dijual.
  2. Penentuan barang persediaan sebagai unsur aktiva lancar perusahaan dan ini sangat penting untuk mengukur likuiditas operasi perusahaan.

    Metode Asosiasi
    Metode ini menjadi basic untuk menentukan unit yang terjual dan kas yang melekat dengan jumlah penjualan. Dengan demikian metode ini dapat diartikan sebagai asumsi aliran kas yang mengikuti aliran barang. Berikut macam – macam dari metode tersebut :

  1. Identifikasi khusus (specific identification)
  2. Masuk pertama, keluar pertama (first in,  first out)
  3. Persediaan normal
  4. Masuk terakhir keluar pertama (last in, first out)

    Dasar pemilihan metoda sangat tergantung pada tujuan atau kondisi yang dihadapi perusahaan. Tujuan utama pemilihan metode menasosiasikan biaya dan pendapatan untuk menentukan laba yang tepat. Tujuan lain adalah menentukan nilai persediaan untuk dicantumkan ke dalam neraca. Berikut perimbangan yang dijadikan sebagai dasar pemilihan:

  1. Bila dimungkinkan, kos harus di identifikasikan dengan unit atas barang yang diukur.
  2. Operasional perusahaan harus dipandang sebagai serangkaian kegiatan yang berurutan, berarti dalam satu periode aliran fisis tidak harus menjadi pertimbangan utama dalam penandingan.
  3. Tujuan ditekankan pada penilaian persediaan dengan harga paling akhir.
  4. Untung dan rugi akibat fluktuasi harga akan diidentifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dengan kos harga jual.

    Berbagai metode asosiasi akan dibahas dengan berbagai pertimbangan di atas. Pertimbangan pertama dan kedua menjadi fokus pembahasansedangkan pertimbangan ke tiga dan ke empat akan dibahas dalam perubahan harga.


  1. Identifikasi Khusus

Jika tujuan asosiasi adalah penandingan yang tepat antara pendapatan dan kos tertentu, metoda ini sangat ideal. Bila sistem akuntansi memungkinkan maka metode ini dianjurkan penerapannya. Untuk jenis barang mahal dan perputarannya rendah, maka sangat cocok untuk tujuan pengendalian disamping penandingan yang tepat. Namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu:

  1. Jarang sekali pendapatan khusus dibandingkan dengan kos khusus karena pendapatan perusahaan merupakan hasil keseluruhan sebagai suatu kesatuan. Maka identifikasi tidak memberi nilai tambah.
  2. Jenis barang yang homogen dan relatif murah, metode ini menjadi sangat mahal serta tidak sepadan dengan nilai tambah yang diperoleh.
  3. Jika fluktuasi harga sangat mencolok , maka dapat digunakan sebagai alat manipulasi laba.


  1. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

Metode ini menyatakan bahwa faktor kos mengalir melalui perusahaan secara berurutan, tidak ada yang saling mendahului. Metode ini sangat logis dalam merefleksikan asosiasi sebab akibat karena bentuknya yang sangat sederhana.



Jadi jika penandingan secara tepat biaya dan pendapatan menjadi tujuan , yang didukung atas dasar argumen berikut:

  1. Metode ini mendekati metode identifikasi khusus yang menjadi standar pemecahan kos. Bersifat sistematik dan konsisten.
  2. Untung dan rugi akibat fluktuasi harga, terealisasi dan diakui bersamaan dengan terjualnya barang, walau tidak disajikan secara terpisah dan melekatdalam laba.
  3. Penyajian persediaan akhir dalam neraca akan menggambarkan kos yang mendekati kos sekarang atau pengganti.

    Rata – rata berbobot
    Metoda ini menganggap bahwa dalam proses produksi terjadi peleburan faktor peoduksi yang sama selama satu periode yang homogenus. Bahwa bahan baku yang dibeli berkali – kali atau produk yang dihasilkan merupakan dari beberapa produk dalam periode tertentu. Dimana yang menjadi bobot perataan adalah banyaknya unit dalam tiap pembelian atau produksi. Metode tersebut bersifat netral dalam penentuan laba. Kos yang melekat pada sediaan ataupun barang terjual memuat kos.
    Secara konsepsional, kos barang yang tersedia dijual atau kos produksi dibedakan menjadi dua komponene atas dasar perbandingan harga eceran sediaan dan harga eceran barang terjual. Secara teknis kos sediaan akhir ditentukan atas dasar persentase kos terhadap harga eceran. Metoda ini jarang digunakan untuk penilaian dalam rangka pelaporan resmi, karena kurang merefleksikan onsep penandingan yang tepat.


  1. Sediaan Normal

Metode ini sering disebut dengan metode sediaan permanen (iron-stock metode). Yang dianggap perusahaan melakukan investasi permanen dalam sediaan. Tujuannya ialah penandingan pendapatan sekarang dengan kos sekarang sekaligus meniadakan kebutuhan pelaporan untung dan rugi guna menahan sediaan atau fluktuasi harga.



  1. Masuk Terakhir Keluar Pertama

Mengasumsikan bahwa sediaan merupakan aset tetap yang tidak terkait dengan aliran kos. Dan tidak bertujuan untuk menyamai aliran fisis barang tapi untuk menandingkan pendapatan sekarang dengan kos sekarang. Seperti sediaan normal metoda ini menghasilkan laba operasional yang bebas dari untung atau rugi akibat fluktuasi harga. Siklus transaksi dapat dimulai dari sediaan kembali ke sediaan lagi dan bukan dari kas kembali ke kas. Berikut argument metode ini:

    1. Memudahkan penandingan kos sekarang dengan kos pendapatan sekarang.
    2. Jika harga naik maka sediaan barang akan tersaji dengan jumlah rupiah yang konservatif.
    3. Laba operasi tidak terpengaruh oleh untung dan rugi flikstuasi harga atau penumpukan barang.
    4. Kondisi harga yang fluktuasi dari tahun ke tahun, metode ini dapat menjadi peralatan laba tahunan secara otomatis.



Metode ini sangat populer di Amerika karena dapat digunakan dalam penilaian sediaan untuk kepentingan surat pemberitahuan pajak, sehingga perusahaan memperoleh penghematan dengan penundaan pembayaran pajak. MTKP mempunyai keunggulan dalam pelaporan keuangan yaitu antara lain:

  1. Penilaian sediaan untuk tujuan neraca tidak menggambarkan potensi jasa atau arti ekonomik lagi karena kos yang digunakan adalah kos yang sudah usang. Akibat dari perhitung – perhitungan keuangan yang tidak relevan.
  2. Penggunaan metode MTKP hanya mengatasi perubahan tingkat harga khusus.
  3. Tidak menggambarkan laba operasi perusahaan atas dasar kegiatan yang kronologis.
  4. Laba tidak menggambarkan kemampuan operasi perusahaan tetapi sekedar akumulasi untung dan rugi menahan sediaan awal perusahaan saat metode ini diterapkan.
  5. Tidak didukung sama sekalioleh konsep pelaporan atas dasar kontinuitas usaha. Fluktuasi tahunan ialah fakta yang harus diungkap melalui laba.
  6. Bila informasi untung dan rugi fluktuasi harus diungkapkan, secara otomatis justru menyembunyikan laba operasi sehingga dapat menyesatkan pemakai statement keuangan.



Keberatan terhadap metode ini adalah bahwa dalam keadaan harga cenderung naik dalam satu periode dan cenderung menurun dalam periode lain. Dan keberatan lain adalah bahwa laba operasi akan menjadi tercemari dengan untunh atau rugi fluktuasi harga.



Metode ini, rupiah digunakan khusus sediaan yang sifatnya musiman agar manfaat tetap dapat dinikmati. Biasanya diterapkan untuk suatu kelompok barang yang mempunyai spesifikasi berbeda tapi mempunyai karakteristik fisis yang sama. Keuntungan dari metode ini adalah investasi permanen yang dapat dijaga dan pekerjaan administrasi pencatatan barang dapat dikurangi.



Implikasi Metode Asosiasi Terhadap Laba

Metode ini mendapat dukungan yang kuat, sebagai salah satu cara menstabilkan laba periodik sampai tingkat tertentu. Laba yang distabilkan hendaknya tidak dilaporkan sebagai laba sebenarnya untuk periode tertentu. Dalam penentuan laba periodik sebenarnya tidak dapat diharapkan lebih daripada pengukuran yang mendekati ideal.



  1. Fasilitas Fisis

Hal fasilitas fisis, kos yang terjadi pada saat pemerolehan pada umumnya sebagai aset dan baru diakui sebagai biaya sesuai dengan pola penyerapan manfaat yang terpresentasikan dengan kos.



Karakteristik dan Tujuan Pelaporan

Semua aset mempunyai karakter umum yaitu potensi jasa yang bermanfaat bagi perusahaan. Berikut karakterisriknya:

  1. Berwujud fisis dan dikuasai perusahaan untuk mengelolah kegiatan operasi perusahaan.
  2. Umumnya berumur jangkah panjang walaupun terbatas sehingga perlu panggantian.
  3. Bernilai bagi perusahaan karena kekuasaan atau hak perusahaan untuk menggunakannya sebagai hak milik.
  4. Umumnya merupakan aset non moneter dan manfaatnya dapat deberikan berupa potensi jasa, bukan daya beli.

    Karakteristik yang demikian menyebabkan tujuan pelaporan dan pengukuran fasilitas fisis adalah menentukan penggunaan jasa dala periode yang diperkirakan menhasilkan pendapatan. Tujuan lain adalah memberi informasi kepada pemakai laporan. Atas dasar karakteristik dan tujuan pelaporan, maka mengemukakan gagasan mengenai akuntansi fasilitas fisik yaitu:

  1. Kos fasilitas fisis sengaja diperoleh untuk memungkinkan terjadinya produksi barang dan jasa sebagai faktor lain.
  2. Kos fasilitas fisis dibebankan ke operasi dengan cara sistematik memperlihatkan segala faktor yang berpengaruh.
  3. Kos fasilitas fisis berkaitan dengan operasional di masa mendatang, pada hakekatnya suatu bentuk beban tangguhan dan harus dilaporkan dalam neraca.

    Makna Depresiasi
    Depresiasi secara teoritis dapat dimaknai selain sebagai prosedur atau alokasi sistematik dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan yang tepat. Berikut beberapa pemaknaan depresiasi:

  1. Depresiasi sebagai proses akumulasi dana.
  2. Depresiasi sebagai pemulihan investasi.
  3. Depresiasi sebagai proses penilaian.
  4. Depresiasi Sebagai Sarana Penandingan Kos dengan Kontribusi Pendapatan Neto


Metode Alokasi

Kesulitan yang dihadapi metode ini adalah penentuan kapasitas total yang dapat dihasilkan selama umur ekonomik aset yang bersangkutan. Keausan fisis tidak selalu proposional dengan intensitas penggunaan dan juga pengaruh faktor keusangan (obsolescence), tidak ada hubungannya dengan fluktuasiproduk yang dihasilkan.  



Hubungan Depresiasi dan Laba

Implikasinya adalah dalam hal pendapatan cukup kecil, akan terjadi semacam penundaan biaya depresiasi. Dengan menggunakan istilah “tahun gemuk menutup tahun kurus”. Depresiasi hendaknya tidak ditunda pembebanannya, semata-mata karena pendapatan tidak dapat menutup biaya. Alasannya adalah bahwa proses keausan atau kerusakan tidak akan berhenti karena aset fisis tidak digunakan dan perkembangan teknologi selama periode depresiasi.



Alasan lain adalah bahwa penentuan laba haruslah merupakan akibat sesuatu upaya untuk mengungkapkan kenyataan objektif yang ada tanpa memperhatikan berapa laba yang terjadi.



Koreksi Terhadap Kesalahan

Program depresiasi yang dijalankan secara seksama dan obyektif, namun perbedaan antara taksiran dan kenyataan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Apapun penyebabnya, perbedaan yang muncul merupakan suatu indikasi bahwa kesalahan telah terjadi dan koreksi taksiran harus dilakukan.



Program depresiasi harus direvisi bilamana revisi tersebut diperlukan, akselerasi depresiasu harus dilakukan dan semua penyesuian yang berlaku harus dilaporkan melalui statemen laba-rugi.





  1. Tanah

Fungsi tanah sebagai operasi perusahaan dianggap sebagai kos tanah  yang tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya operasi. Dengan kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi.



Tanah Bukan Hak Milik Permanen

Biaya tanah sewaguna (leasehold), tanah Hak Guna Bangunan (HGB) atau bentuk investasi non-permanen lainnya dalam bentuk tanah, harus secara sistematik dibebankan ke produksi selama umur ekonomik atau selama jangka kontrak. Pada tanah pertanian, kesuburan tanah akan mempengaruhi potensi jasa untuk ditanami. Dalam kondisi seperti itu, akuntansi yang sehat menghendaki pemisahan biaya tanah.



  1. Sumber Alam

Sumber alam yang akan habis melalui proses penambangan dan tidak dapat diperbarui, sering disebut ”aset habis pakai”. Biaya sumber alam tersebut harus diserap secara sistematik ke produksi atas dasar pengambilan atau konsumsi, biaya yang diserap ini disebut deplesi. Deplesi adalah biaya atau upaya untuk menghasilkan pendapatan harus ditentukan secara objektif dan rasional tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap laba bersih.



  1. Aset Tak Berwujud

Yang termasuk sebagai aset tak berwujud meliputi seperti hak cipta, hal paten, merek dagang, goodwill dan biaya organisasi. Seperti fasilitas fisis, biaya aset tak berwujud harus secara sistematik dibebankan ke operasi dan pendapatan secara yuridis.



Goodwill

Timbul apabila suatu perusahaan membeli perusahaan lain secara keseluruhan. Goodwill adalah selisih lebih jumlah rupiah tunai atau setaranya yang dibayarkan oleh perusahaan pembeli di atas nilai pasar wajar atau nilai buku kekeyaan fisis perusahaan yang dibeli. Dengan demikian, biaya yang diperhitungkan sebagai goodwill harus dibebankan kependapatan selama kurun waktu yang dijadikan dasar dalam mempertimbangkan biaya perolehan sehingga laba yang tampak dalam laporan laba rugi, menunjukkan laba yang bersih normal.



Kos Organisasi

Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi sebelum perusahaan mulai beroperasi, biasanya ditampung dalam satu akun menjadi biaya pendirian atau biaya organisasi. Biaya organisasi diperlakukan sebagai asset tetap berwujud yang ada dalam perusahaan, sepanjang perusahaan dapat mempertahanakan dirinya sebagai perusahaan yang beroperasi secara penuh dan yang bertumbuh untuk menghasilkan laba dan posisi keuangannya.



  1. Penyajian Biaya

Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan sarananya adalah laporan laba rugi. Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya dan rugi bergantung pada konsep tentang apa saja yang membentuk laba.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB III. Struktur Teori Akuntansi

AKUNTANSI KEUANGAN NIRLABA SEKTOR PENDIDIKAN